Bunda Maria Sebagai Model
Pendengar dan Pelaksana Firman Allah
Berbicara
tentang Bunda Maria, tetap merupakan sebuah tema yang menarik, khususnya dalam
kalangan Gereja Katolik. Bagi umat Katolik, Bunda Maria adalah ibu rohani yang
selalu menyertai anak-anaknya dalam perjuangan hidup sehari-hari. Bunda Maria,
dalam kehidupan iman umat Katolik memiliki peran yang istimewa. Maria telah
menjadi pengantara dalam mewujudkan rencana Allah menurunkan Putra-Nya ke dunia
untuk menyelamatkan umat manusia. Ia mendapat karunia luar biasa yang tidak
dimiliki manusia lain.
Maria telah dipilih Allah untuk
mengandung, melahirkan, dan membesarkan Putra-Nya Yesus. Maria memiliki
beberapa keistimewaan dan sifat-sifat utama dalam dirinya yang menyebabkan ia
terpilih untuk melaksanakan peran besar penyelamatan umat manusia. Melalui
penyerahan diri secara total dan
kesanggupan iman, maka Sabda Allah menjadi daging dan kehendak Allah dapat
terlaksana melalui suatu proses manusiawi yang dapat diterima oleh akal pikiran
manusia. Maria adalah pengantara rahmat Allah bagi manusia.
Karya penyelamatan agung Allah
terlaksana melalui Maria, karena ia adalah pendengar dan pelaksana Firman Allah
yang baik. Hal ini terungkap secara jelas sejak kunjungan malaikat Gabriel
hingga peristiwa pentekosta. Sebagai pendengar yang baik, dengan kerendahan
hatinya, Maria mendengar dengan saksama setiap perkataan malaikat. Dengan penuh
kesadaran pula Maria mengatakan kesediaannya untuk melaksanakan karya agung
itu, melalui kalimat : ”Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku
menurut perkataanmu itu”(bdk. Luk 1:37).
Kalimat singkat namun menentukan
ini, merupakan suatu penyerahan total Maria terhadap rencana Tuhan. Persetujuan
Maria dengan mengatakan ”Ya”, merupakan sebuah jawaban yang sudah lama
ditunggu-tunggu dalam sejarah umat manusia sejak Adam dan Hawa melakukan dosa.
Rencana Tuhan yang berbeda dengan rencana manusia, diterima oleh Maria.
Penyerahan total ini, merupakan suatu babak baru dalam hubungan manusia dengan
Allah yang sebelumnya rusak karena dosa. Dalam jawaban Maria terdapat keputusan
definitif seorang manusia dalam menanggapi panggilan Allah secara utuh.
Keutuhan itu tidak berangkat dari kemampuan pribadi, namun berakar pada sikap
taat, patuh, dan hormat dalam kebebasan yang bertanggung jawab atas kehendak
Allah yang dinyatakan kepadanya.
Spiritualitas yang telah dihidupi
dan ditunjukkan Maria, masih sangat sulit ditemukan dalam diri umat beriman
zaman ini. Memang banyak umat beriman yang terdorong untuk terlibat dalam
kegiatan-kegiatan kerohanian, dan masih banyak juga umat beriman yang belum
memiliki kesadaran penuh akan hal ini. Kenyataan menunjukkan bahwa, banyak umat
beriman belum menghayati dan melaksanakan Firman Allah secara baik dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini terbukti dari pola hidup umat beriman di tengah
masyarakat. Banyak mengalami
penyimpangan pola hidup, padahal aktif dalam kegiatan menggereja. Kenyataan ini
mengindikasikan bahwa umat beriman belum memberikan perhatian penuh dalam kahidupan
menggereja. Umat beriman mendengar pembacaan Firman Tuhan, tapi tidak
mendengarkan secara baik. Pembacaan Firman Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang
sudah biasa dalam peribadatan maupun dalam perayaan Ekaristi. Firman Tuhan yang
diperdengarkan, dipandang sebagai salah satu ritus dalam kegiatan tersebut.
Melihat kenyataan demikian yang terjadi di kalangan umat beriman, maka
sangatlah perlu untuk ditindaklanjuti.
Umat
beriman perlu diarahkan untuk mengkaji kembali apa yang telah dialami, sehingga
kenyataan buruk ini tidak berlarut-larut. Dalam situasi ini, tokoh Maria perlu
diangkat dan didalami spiritualitasnya, untuk memperoleh warna baru. Bunda
Maria harus dijadikan model dalam mendengarkan dan melaksanakan Firman Tuhan.
Melalui cara ini, umat beriman bercermin pada Bunda Maria, yang telah dengan
setia dan penuh kerendahan hati mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah yang
berpuncak pada karya keselamatan.
Bunda Maria telah mendengarkan dan
melaksanakan Firman Allah secara baik. Hal ini terungkap secara jelas sejak
peristiwa kunjungan Malaikat Tuhan hingga wafat dan kebangkitan Yesus, dan
bahkan berlanjut hingga peristiwa pentekosta. Maria telah mengambil bagian
secara penuh dalam karya keselamatan. Karya tersebut dapat terlaksana karena Maria
berserah diri pada kehendak Allah, dan karena memiliki kepekaan terhadap sapaan
Tuhan. Kualitas pendengaran dan kepekaan menanggapi Firman Allah melebihi
manusia pada umumnya.
Yesus pernah menegaskan bahwa: ”Menjadi
saudara-saudari dan ibu-Nya, berarti mendengarkan dan melaksanakan Firman
Allah”. Penegasan ini disampaikan Yesus ketika Ia mengajar banyak orang yang
mengerumuni-Nya. Dengan penegasan ini, Yesus tidak bermaksud menolak Maria,
tetapi menegaskan peran Maria yang telah melahirkan-Nya. Maria telah menjadi
ibu Yesus bukan terutama karena ia telah mengandung dan melahirkan-Nya,
melainkan karena Maria telah mendengarkan dan melaksanakannya. Maria telah
dengan setia mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah.
Dalam hidup religius dan dalam
Kerajaan Allah, bukan hubungan darah yang menentukan, melainkan kehendak Tuhan.
Hubungan antar manusia dalam Kerajaan Allah ditentukan oleh tindakan
”melaksanakan kehendak Tuhan atau tidak”. Bunda Maria telah menjadi contoh atau
teladan yang pertama dan utama untuk panggilan itu. Maria adalah murid pertama
Yesus, Anaknya yang patuh-setia kepada kehendak Allah.