Sabtu, 01 Juni 2013

Katekis Sebagai Motivator Bagi Umat



Katekis Sebagai Motivator Bagi Umat
Dalam Menerima Sakramen Rekonsiliasi

Allah mencintai umat manusia dan mau menyelamatkan seluruh hidupnya (1Tim 2:4).  Oleh karena itu, setelah manusia pertama Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa (Kej 3), Allah membuat rencana keselamatan baru. Ia memanggil Abraham, Musa, Daud, dan para nabi untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Putra-Nya. Setelah semua persiapan dilakukan, akhirnya Allah berbicara kepada umat manusia lewat Putra-Nya sendiri (Ibr 1:1-2). Cinta kasih Allah  itu paling nyata terwujud dalam diri Yesus Kristus, dalam Sabda dan karya-Nya dan dalam penyerahan diri-Nya demi keselamatan umat manusia.
            Bila membaca Injil, segera ditemukan bahwa Yesus mencintai semua orang. Jika mereka sakit, Ia menyembuhkan; jika mereka dirasuki roh jahat, Ia membebaskan mereka. Selama hidup-Nya, Ia berkeliling berbuat baik dan menyembuhkan semua orang sakit. Ia mewartakan Injil, berkhotbah, mengajar, dan menyembuhkan. Hal ini menandakan bahwa penyembuhan itu memang penting bagi Yesus dan orang-orang  pada waktu itu. Yesus Kristus itu tetap sama, baik kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8). Yesus Kristus yang sama itu masih tetap bekerja sampai sekarang di dalam Gereja-Nya, dan dapat berjumpa dengan-Nya secara pribadi melalui sakramen-sakramen Gereja.
            Jalan menuju perubahan hidup ke arah yang lebih baik dan benar adalah pertobatan. Melalui pertobatan, pertama sekali umat beriman Katolik akan menyadari kesalahan dan kekeliruan. Sesudahnya, berbalik pada sikap dan tingkah laku yang baik dan benar. Dalam hubungan dengan itu, umat beriman harus menjadikan Yesus sebagai acuan utama bagi setiap niat dan upaya untuk bertobat. Oleh karena itu, kontak dengan Pribadi Kristus yang menjelma menjadi manusia, sedikit pun tidak dapat diabaikan atau dilewatkan oleh siapa saja yang ingin meningkatkan mutu kepribadiannya dan memajukan kualitas hidupnya. Tanpa sentuhan atau kontak dengan Kristus, pertobatan akan menemui jalan buntu dan kehilangan roh untuk berdaya dan berbuah bagi pertumbuhan dan kemajuan hidup manusia.
            Sakramen Tobat adalah sakramen yang mendamaikan. Melalui sakramen ini, hubungan antara Allah dan manusia dipulihkan kembali. Tindakan perdamaian itu mencapai puncaknya dalam sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Perdamaian  itu terjadi dalam Gereja, yang merupakan Tubuh Mistik Kristus. Tobat menjadi unsur penting dalam kehidupan umat beriman, supaya dapat mencapai taraf kedewasaan Kristus dalam kepenuhannya (Ef 4:13), seorang beriman Katolik harus dapat terus-menerus mati terhadap dosa. Berkembang sebagai orang beriman, mengandaikan harus meninggalkan dosa. Kematian terhadap dosa yang telah terjadi dalam permandian, harus diteruskan dan dihayati sepanjang hidup. Dengan demikian menjadi jelas, tobat itu bukan saja syarat dan persiapan untuk menjadi murid Kristus, melainkan suatu kegiatan yang tetap, yang harus meresap dalam seluruh hidup umat beriman Katolik.
            Sakramen Tobat telah ditegaskan oleh Yesus, ketika Ia hadir ke dunia untuk menanggung dosa-dosa umat manusia. Hal ini terbukti ketika Ia tampil untuk mewartaka Kerajaan Allah. Yesus menginginkan semua manusia memperoleh keselamatan. Ia hadir mengalami kerapuhan manusia. Rasul Paulus pernah berkata: “Dia yang tak mengenal dosa dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia, kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5:21). Dengan jalan dibenarkan oleh Allah, secara khusus Sakramen Tobat menjadi sakramen penyembuhan. Manusia dibebaskan dan disembuhkan dari segala sesuatu yang memisahkan dan bahkan memutuskan hubungannya  dengan Allah.
                Gereja juga memberikan penekanan khusus bagi Sakramen Tobat. Gereja menegaskan bahwa mereka yang menerima Sakramen Tobat memperoleh pengampunan dari Allah dan sekaligus didamaikan dengan Gereja. Selanjutnya dikatakan bahwa karena rahmat Allah, orang sadar akan kemalangannya sendiri dan menyatakan kelemahannya di hadapan Allah. Dengan mengaku diri sebagai orang berdosa dan menyerahkan diri kepada Allah, umat beriman akan memperoleh belaskasihan Allah, sebab keselamatan bukan hasil usaha sendiri tetapi pemberian Allah.
            Sakramen Tobat itu sangat penting bagi kehidupan umat beriman Katolik karena melalui sakramen ini hubungan manusia dengan Tuhan dipulihkan kembali. Namun dalam kehidupan sehari-hari, ditemukan kenyataan yang berbeda di lingkungan umat beriman. Praktek pengakuan dosa belum dilaksanakan sepenuhnya oleh umat beriman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi situasi ini. Faktor-faktor tersebut, antara lain: menganggap pelayan Sakramen Tobat itu juga manusia yang sama dengan dirinya, merasa diri tidak berdosa, menganggap dirinya tidak memiliki dosa yang lain, ada perasaan malu terhadap pelayan Sakramen Tobat, memilih-milih pelayan Sakramen Tobat dalam mengaku dosa, menganggap penitensi itu merepotkan, masih ingin menikmati hidup, takut tidak diampuni karena sudah terlalu banyak dosanya, dan takut dosanya diceritakan kepada orang lain.
            Melihat kenyataan yang terjadi dalam kehidupan umat tersebut, maka sangat perlu untuk ditindaklanjuti, agar umat beriman memiliki pemahaman yang benar. Tugas untuk memulihkan situasi ini, bukan hanya tanggung jawab kaum hierarki, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh umat beriman. Dan umat beriman yang telah dipersiapkan secara khusus untuk tugas ini adalah katekis. Seorang katekis harus tampil dalam situasi ini untuk menunjukkan kepada umat beriman, betapa pentingnya Sakramen Tobat dalam kehidupan menggeraja. Ia menjadi teladan bagi umat, baik melalui kata maupun tindakan. Dengan demikian, akan timbul kesadaran dalam diri umat beriman untuk menghayati makna Sakramen Tobat serta berupaya mempraktekkannya di dalam kehidupan sehari-hari. 
           

1 komentar:

  1. Baccarat | Online Games | Free to Play | Casino
    This is worrione where 바카라 Baccarat comes in. It is one of the most exciting gambling games to be played in online casinos. Play for real 1xbet korean money and win.

    BalasHapus