Sabtu, 01 Juni 2013

Sejarah Singkat dan Pengertian Rosario



SEJARAH SINGKAT DAN PENGERTIAN ROSARIO



1. Pengantar
            Gereja Katolik mengenal bermacam-macam devosi. Devosi-devosi itu, misalnya: devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Kerahiman Allah, dan sebagainya termasuk devosi kepada Maria Ibu Yesus dan Ibu Gereja. Pengertian devosi itu sendiri ialah suatu sikap hati serta perwujudannya, yang dengannya orang secara pribadi mengarahkan diri kepada seseorang yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai, dan ditujui. Sasaran dari devosi itu ialah Allah sendiri. Doa Rosario merupakan salah satu bagian dari devosi, yakni devosi kepada Bunda Maria.

            Dalam tulisan ini, penulis tidak mengulas secara tuntas, apa dan bagaimana itu Rosario, tetapi penulis hanya mengulas bagian kecil dari Rosario. Hal yang mau dibicarakan oleh penulis dalam tulisan ini adalah mengenai sejarah singkat dan pengertian dari Rosario. Adapun tujuan dari tulisan ini ialah agar pembaca dapat mengenal dan mengetahui sejarah dan pengertian Rosario itu sendiri.

2. Sejarah Singkat Rosario
            Rosario sebagai sebuah devosi kepada Bunda Maria, dalam Gereja Katolik diakui berasal dari Santo Dominikus, pendiri Ordo Dominikan pada abad XII. Dikatakan bahwa Bunda Maria pernah menampakkan diri kepada Santo Dominikus ketika ia berjuang melawan bidaah Albigensian[1]. Dalam penampakan tersebut, Bunda Maria memberikan Rosario kepada Santo Dominikus dan memintanya untuk mewartakan Rosario. Bunda Maria berjanji, jika ia dengan setia mewartakan dan mendoakan Rosario maka karya kerasulannya akan berhasil. Santo Dominikus ternyata sungguh memiliki kepekaan yang mendalam dalam menanggapi hal tersebut.  Dengan mengikuti perintah Bunda Maria, Santo Dominikus akhirnya berhasil mematikan bidaah tersebut, dengan cara menggalakkan doa Rosario.[2]

            Satu hal yang tidak dapat diingkari ialah, bahwa sebelum Santo Dominikus, Santo Benediktus dan orang-orang sejamannya sudah mengenal untaian manik-manik. Pada masa Santo Benediktus, Ibadat Harian didaraskan dalam bentuk mazmur-mazmur dan kidung. Pendarasan ini dilakukan dalam bahasa Latin. Dalam melaksanakan Ibadat Harian ini, banyak kaum awam yang melibatkan diri di dalamnya. Persoalan yang dihadapi pada saat itu ialah, bahwa kaum awam tidak memahami bahasa Latin, maka mereka mendaraskan Doa Bapa Kami dalam jumlah yang tetap sesuai dengan yang telah ditentukan. Agar pendarasan tersebut dilakukan dengan baik dan benar maka digunakanlah seuntaian manik-manik atau yang biasa juga disebut chaplet[3].

            Pada zaman Santo Dominikus, manik-manik yang sebelumnya dipakai untuk mendaraskan Doa Bapa Kami, saat itu mulai dipakai untuk mendaraskan Doa Salam Maria, karena saat itu devosi kepada Maria pun berkembang. Secara puitis umat mulai menyebut chaplet atau satu untaian manik-manik tersebut dengan nama rosarium yang berarti karangan bunga mawar untuk Maria. Maka, tanpa mengurangi peran Ordo Kartusian[4] dalam mempromosikan Rosario, Santo Dominikus dan para pengikutnya mengutamakan Rosario pada zamannya. Mereka lalu menerbitkan buku-buku penuntun dan berkhotbah tentang peran Rosario. Santo-santo besar yang mengikuti jejak Santo Dominikus antara lain Santo Petrus Kanisius, Santo Philipus Neri, Beato de la Roche, Santo Louis de Montfort, Padre Pio, dan Beato Longo[5].

            Dalam perjalanan waktu, Doa Bapa Kami yang telah digantikan dengan Doa Salam Maria, dibagi dalam tiga lingkaran lima puluhan, kemudian dibagi lagi dalam lima perpuluhan. Doa Bapa Kami lalu diucapkan pada setiap awal Salam Maria, dan pada akhir perpuluhan diakhiri dengan kemuliaan. Dengan demikian, terjadilah doa Rosario yang kita kenal sampai saat ini. Doa ini kemudian berkembang di kalangan umat beriman dan mendapat tempat istimewa dalam Gereja. Paus Gregorius XIII lalu menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Maria Ratu Rosario. Kemudia Paus Leo XIII pada tahun 1884 menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Penetapan tersebut didasarkan peristiwa yang dialami Gereja yakni kemenangan pasukan Kristen yang dipimpin oleh Don Yuan atas pasukan Turki, yang dipimpin oleh Halifasha dalam pertempuran pada tanggal 7 Oktober 1571, dimana kemenangan tersebut diyakini berkat kekuatan doa Rosario[6].

3. Pengertian Rosario
3.1 Pengertian Rosario Secara Etimologis
          Kata Rosario berasal dari bahasa Latin yaitu rosarium (dari akar kata rosa yang berarti bunga mawar). Secara harafia, Rosario berarti karangan bunga mawar[7]. Bila dikaitkan dengan devosi itu sendiri, maka Rosario berarti suatu rangkaian doa beserta peristiwa renungan Alkitab yang dilakukan dengan serangkaian biji-biji. Biji-biji itu membentuk karangan doa bagaikan karangan bunga mawar. Di samping itu, Rosario disebut juga mahkota mawar. Dijuluki sebagai mahkota mawar karena mawar adalah ratu semua bunga. Jadi Rosario adalah ratu dari semua devosi, sehingga Rosario adalah devosi yang paling penting. Rosario juga dianggap sebagai doa yang paling sempurna karena di dalamnya terkandung warta keselamatan yang mengagumkan.[8]

            Sebuah legenda yang dipropagandakan oleh Alan de Rupe pada akhir abad XV, mengatakan bahwa Rosario merupakan atribut yang dikenakan pada Santo Dominikus. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Meersseman menyebutkan bahwa Rosario dihubungkan dengan ungkapan greeting psalters, suatu penggunaan mazmur-mazmur ekstra-liturgis yang menggantikan antifon-antifon resmi dengan ayat-ayat yang dapat dipakai untuk menghormati Perawan Suci. Semua dimulai dengan kata “salam”. Kemudian mazmur-mazmur diganti dengan Salam Maria. Antifon-antifon ditinggalkan, dan gloria patri diikutsertakan. 150 Salam Maria dibagi dalam kelompok lima puluhan. Inilah yang disebut rosarium setelah Maria digelari Rosa Mystica. Dalam rosarium belum disertakan bahan meditasi atau peristiwa-peristiwa seperti kita kenal sekarang.[9]

3.2 Pengertian Rosario menurut Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae
          Gereja dalam perjalanan waktu selalu meyakini kemanjuran doa ini. Kuasa doa ini dan Maria sebagai Ratu Rosario, dinyatakan sebagai figur yang mendatangkan keselamatan. Berdasarkan pemahaman ini, Gereja lalu mempercayakan masalah-masalah penting kepada doa Rosario. Di sini, Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae mendefinisikan Rosario sebagai doa untuk perdamaian. Rosario dilihat sebagai senjata yang paling ampuh dalam melawan kejahatan dan sarana pembawa damai sejahtera:

Dalam milenium ini, di banyak bagian dunia, setiap hari dipertontonkan pertumpahan darah dan kekerasan. Memasuki milenium ini, menemukan kembali Rosario berarti menyelam dalam kontemplasi misteri Kristus yang adalah “damai kita”, karena Ia telah mempersatukan kedua belah pihak dan telah merobohkan tembok pemisah yaitu perseteruan (Ef 2:14). Maka dari itu, orang tidak dapat mendaras Rosario tanpa merasa terjerat dalam komitmen yang kuat untuk memajukan perdamaian, khususnya di tanah air Yesus yang masih begitu terpuruk, padahal tanah itu begitu dekat di hati setiap orang kristiani.[10]

           
            Dikatakan sebagai doa damai karena dapat memupuk, memperdalam, dan memperkuat kemauan kita untuk mendapat kedamaian pikiran, perkataan, dan perbuatan. Di samping itu, dapat membangun kesadaran dalam diri kita sendiri dan orang lain bahwa pencarian terhadap pembangunan perdamaian adalah hal yang penting yang harus diperjuangkan. Di sini, kesadaran untuk berjung adalah hal yang penting demi terwujudnya perdamain. Dengan adanya kesadaran yang tertanam dalam diri kita, maka hal itu akan memberikan keyakinan kepada kita bahwa kekacauan dan konflik yang terjadi pada zaman ini dapat diatasi. Di samping itu, semakin meyakinkan kita bahwa dengan berdoa Rosario kita memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah-masalah dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan menolong kita.[11]

            Ada beberapa alasan yang bisa diangkat mengapa doa Rosario demikian efektif  mendatangkan rahmat bagi pendoanya. Pertama, dari asal usulnya. Doa Rosario lebih bersifat ilahi. Paus Gregorius III meyakini bahwa Rosario suci diberikan kepada kita dari surga sebagai sarana untuk meredahkan murka Allah. Selanjutnya Rosario juga dipandang sebagai sarana memohon perantaraan Bunda Maria. Paus Yulius III juga meyakini hal yang sama.[12]

            Keyakinan para paus ini bukan tanpa dasar. Kitab Suci mencatat bahwa Doa Bapa Kami berasal dari Yesus. Doa Salam Maria berasal dan bermula dari salam Malaikat Gabriel “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”. Malaikat tidak sekadar berbicara perihal Allah dan rencana-Nya, tetapi menyatakan bahwa Allah hadir, menyertai dan berkarya di tengah manusia melalui Roh Kudus. Kedua, Allah begitu berkenan kepada Maria. Allah berkenan kepada Maria, karena Maria hidup seturut kehendak-Nya. Maria sadar bahwa di hadapan Allah dia hanyalah seorang hamba, namun di sinilah letak keunggulannya. Maria yang telah mendapat tempat istimewa di hati Allah, tetap membantu kita untuk memperoleh rahmat demi keselamatan. Ia menjadi pembela, penolong, pendoa, dan perantara bagi kita di hadapan Allah.[13]

            Ketiga, Doa Rosario merupakan bentuk devosi yang diakui dan didoakan oleh Gereja bahkan menjadi ikhtisar tahun liturgis. Dalam tahun liturgis, Gereja merayakan aneka bentuk karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam dan melalui Yesus Kristus dan Maria. Doa Rosario merangkum seluruh misteri hidup Yesus dan Maria. Doa ini demikian efektif mendatangkan rahmat. Dengan demikian nas ini tergenapi: “Jika dua orang dari padamu sepakat meminta sesuatu kepada Bapa maka akan dikabulkan, sebab jika  dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku hadir di antara mereka” (bdk. Mat 18:19-20).[14]

            Paus Yohanes Paulus II lalu menandaskan bahwa doa Rosario adalah doa manusia bagi manusia, karena doa Rosario bertujuan untuk mengungkapkan kesetiakawanan manusia dan doa bersama orang-orang tertebus. Doa Rosario adalah doa bagi semua manusia, baik untuk yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Apabila kita berdoa Rosario, kita tidak berdoa untuk satu orang saja, tetapi untuk semua orang. Jadi jelaslah bahwa doa yang diakui dan didoakan oleh Gereja ini amat efektif mendatangkan rahmat bagi semua manusia:

Pada saat yang sama sambil mendaras dasa Salam Maria, hati kita dapat merangkum semua  peristiwa yang terjadi dalam kehidupan perorangan, keluarga, bangsa, Gereja, dan seluruh umat manusia. Doa Rosario merangkum semua keprihatinan pribadi kita dengan keprihatinan sesama kita, khususnya mereka yang amat dekat dengan kita, yang paling kita kasihi. Jadi doa Rosario yang sederhana ini mencerminkan irama hidup manusia.[15]


            Doa Rosario juga dipahami sebagai: pertama, pemakluman dan pengenalan misteri Kristus. Berdoa Rosario berarti mengenal sekaligus memaklumkan misteri Kristus. Dikatakan demikian karena ketika kita berdoa Rosario, misteri Kristus dipaparkan. Rosario mengingatkan kita akan peristiwa-peristiwa keselamatan yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus mulai dari masa kanak-kanak dan berpuncak pada peristiwa Paskah.[16]

            Kedua, merenungkan misteri Kristus. Merenungkan misteri Kristus melalui doa Rosario terkadang mendatangkan kejenuhan. Kejenuhan ini terjadi karena pengulangan Doa Salam Maria bukan dilihat sebagai luapan kasih yang tidak kenal lelah, tetapi hanyalah pengulangan kata-kata belaka tanpa ada penghayatan yang sungguh. Hal senada juga pernah diungkapkan oleh Santo Louis de Montfort:

Adalah jauh lebih bermanfaat mendoakan satu puluhan Salam Maria dengan tenang dan tulus dari pada mendoakan ribuan Salam Maria tanpa henti dan tanpa perhatian. Jika waktu terbatas kita dapat mendoakan satu puluhan saja, asalkan didoakan dengan penuh kesadaran dan keyakinan, dan itu tentunya lebih berguna dari pada menghabiskan satu putaran Rosario dengan utuh tetapi kita lakukan secara mekanis dan tanpa perhatian.[17]   

           
            Ketiga, penopang liturgi. Ada kaitan yang sangat erat antara liturgi dan Rosario. Rosario adalah persiapan bagi orang beriman dalam merayakan tindakan liturgi. Oleh karena itu, menjadi salah apabila Rosario tersebut dilaksanakan dalam liturgi. Memang Rosario pada dasarnya adalah doa Gereja. Melalui Rosario seluruh misteri Kristus direnungkan dalam tindakan liturgi. Rosario membuat umat mampu berpartisipasi penuh secara lahir dan batin dalam liturgi, dan darinya memetik buah untuk kehidupan sehari-hari.[18] Keempat, sarana kontemplasi. Doa Rosario adalah salah satu tradisi kontemplasi kristiani yang terbaik dan paling berharga. Dalam kontemplasi ini akal budi dan imajinasi kurang aktif, senan yang terpenting adalah keterbukaan hati kita. Rosario juga merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di kalangan kaum beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri Kristus, karena Rosario merupakan  latihan kekudusan yang sejati.[19]
            Kelima, doa permohonan. Yesus pernah bersabda: “Mintalah maka akan diberikan kepadamu. Carilah maka kamu akan mendapat. Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu” (Luk 11:9). Dengan berdoa Rosario kita memohon bantuan Allah, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Hidup dalam dunia selalu dipenuhi dengan berbagai masalah. Manusia tidak mampu menghadapi masalah-masalah itu hanya dengan kemampuannya. Dengan berdoa Rosario kita memohon agar Bunda Maria menjadi pengantara untuk menyampaikan permohonan kita kepada Tuhan.[20]


4. Penutup
Doa Rosario sungguh bermanfaat dalam kehidupan menggereja. Walaupun sebagai doa yang sederhana tetapi tetap hidup di berbagai kalangan umat beriman Katolik. Hal ini terjadi bukan karena doa ini mudah dihafal atau diingat, tetapi karena manfaatnya yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Banyak persoalan dapat teratasi karena doa ini. Bahkan untuk perdamaian dunia pun, doa Rosario bisa menjadi senjata untuk terwujudnya perdamaian.


[1] Albigensian adalah bidaah yang menolak perkawinan, menyangkal ke-allahan Kristus, tidak mengakui sakramen-sakramen dan kuasah Gereja. Bidaah ini berasal dari Prancis Selatan dan Italia Utara, serta berkembang pada abad XII hingga abad XIV, yang dikutuk oleh Konsili Ekumenis Lateran III tahun 1179 dan Lateran IV tahun 1215 [Lihat Yon Lesek, Rahasia Gelar-gelar Maria (Jakarta: Fidei Press, 2005), hlm. 22.]
[2] Paus Yohanes Paulus II, Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae (Rosario Perawan Maria) no. 2 (Seri Dokumen Gerejawi no. 63), diterjemahkan oleh Ernest Mariyanto (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan, 2003), hlm. 9.

[3] Willem Daia, Rosario: Sejarah dan Mistik Kuasanya (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2003), hlm. 12.

[4] Ordo Kartusian adalah ordo para rahib. Ordo ini menambahkan macam-macam peristiwa pada setiap puluhan Salam Maria. Usaha penambahan ini dirintis olah Santo Dominikus dari Prusia [Lihat Willem Daia, Rosario:…, hlm. 13.]

[5] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 18.
[6] Herman Musakabe, Bunda Maria Pengantara Rahmat: Bunga Rampai Aneka Devosi dalam Ziarah Kehidupan (Bogor: Citra Insan Pembaru, 2005), hlm. 165.

[7] Willem Daia, Rosario: Sejarah…, hlm. 8.

[8] Yon Lesek, Rahasia…, hlm. 25.
[9] A. Eddy Kristiyanto, Maria dalam Gereja: Pokok-Pokok Ajaran Konsili Vatikan II tentang Maria dalam Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 92.

[10] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 6.
[11] Marie Rene O Donoghue, Rosario untuk Perdamaian Berdasarkan Kitab Suci (Judul Asli: Rosary for Peace), diterjemahkan oleh Wilhelmus David (Jakarta: Obor, 1995), hlm. 2.

[12] Willem Daia, Rosario: Sejarah…, hlm. 40.

[13] A. Eddy Kristiyanto, Maria…, hlm. 30; bdk. Willem Daia, Rosario: Sejarah…, hlm. 41.
[14] Petrus Maria Handoko, Santa Perawan MariaBunda Allah dalam Misteri Kristus dan Gereja (Malang: Dioma, 2006).

[15] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 2.

[16] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 34.

[17] Willem Daia, Rosario: Sejarah…, hlm. 43.

[18] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 4.

[19] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 10.
[20] Paus Yohanes Paulus II, Rosarium…, no. 6.

4 komentar:

  1. Terimakasih atas postingan ini. sangat membantu saya untuk memahami doa rosario dan historisnya. Tuhan memberkati

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas penjelasannya, mohon ijin share didoa rosario

    BalasHapus
  3. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31( juga di Matius 22 : 37 - 39 dan Lukas 10 : 27 ), sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    [ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    [ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus